Jumat, 03 April 2020

Spirit di Balik Keterbatasan (Contoh Tulisan Guru Penggerak)


Oleh: Hana Lisvanti

Hari yang sangat melelahkan. Tetapi tetap saja saya menikmatinya dengan sepenuh hati. Rutinitas tiada henti yang saya lakukan setiap hari seakan tak pernah berujung pada muara yang diimpikan. Itulah hidup manusia. Seiring bergulirnya waktu, roda hidup setiap perjalanan manusia masih terus berputar dan terus berputar serta selalu membawa perubahan.
“Sudah selesai, Bu!” Rara menyerahkan hasil tulisan khatnya kepada saya.
“Bawa kemari, Bu Guru mau melihat hasil karyamu hari ini !” kata saya sambil menerima kertas dari Rara. “Wah, bagus sekali! Ini sudah lebih baik dari yang sebelumnya. Tetapi, besok harus lebih bagus lagi ya.”
“Iya, Bu. Saya boleh pulang sekarang ya, Bu,” kata Rara merajuk manja.
“Iya, boleh. Tetapi Rara harus menunggu jemputan dulu ya,” jawab saya.
“Bu guru baik deh. Terima kasih ya, Bu. Assalamu’alaikum!” Rara menyalami saya.
“Wa’alaikum salam. Ma’as salaamah!
Fii amaanillah.” Rara berlari keluar kelas.
Rara, bocah perempuan berusia 9 tahun itu adalah murid saya yang sekarang duduk di kelas 3 sekolah dasar. Pergaulan Rara dengan teman-temannya sama seperti anak-anak pada umumnya. Suka bermain, usil, jahil, cerewet, bahkan terkesan tidak pernah diam jika ada di kelas. Yang paling membuat saya tertawa ketika dia meniru gaya princess atau cherrybelle. Tetapi setiap ada pembelajaran Bahasa, dia selalu mengamati dengan saksama dari setiap penjelasan saya. Saya menangkap ada sesuatu pada diri Rara. 
Bukan hanya Rara saja yang menjadi objek pengamatan saya ketika saya mengajar di kelas. Setiap anak didik saya pun menjadi objek pengamatan saya. Kebersamaan dengan mereka setiap harinya membuat saya akrab dengan mereka. Dengan keakraban yang saya ciptakan itu, saya bisa menggali cerita demi cerita yang indah dari mulut mereka. Saya bisa mengetahui rasa ketertarikan mereka terhadap suatu hal. Dengan begitu saya tahu apa yang mereka suka dan apa yang mereka inginkan.
Dari keberagaman sifat, karakter, kecerdasan bahkan latar belakang sosial yang dimiliki oleh anak didik saya tadi, saya mulai berpikir untuk menerapkan gaya belajar sesuai dengan kebutuhan mereka. Maka saya menerapkan pembelajaran yang santai dan menyenangkan bagi mereka. Saya juga mulai memahami mereka satu per satu dan mulai berusaha  menemukan kecerdasan yang mereka miliki.
Saya semakin menyadari bahwa kecerdasan yang dimiliki oleh Rara adalah Kecerdasan Linguistik atau lebih dikenal dengan istilah “Word Smart”. Pengertian dari Kecerdasan Linguistik adalah kemampuan seseorang atau individu dalam mengolah serta menggunakan kata dengan sangat baik, dilihat dari lisan ataupun tulisan. Rara adalah tipe anak yang sangat mudah sekali mempelajari bahasa percakapan, bisa menceritakan ulang informasi yang sudah diperoleh, menyukai seni peran dalam drama, suka berdiskusi, dan yang paling penting, Rara suka bicara di hadapan orang banyak.
Setelah saya menemukan Kecerdasan Linguistik yang dimiliki oleh Rara, saya mulai menggali potensi yang ada pada Rara. Dengan hafalannya yang kuat, saya mengarahkan Rara untuk menghafalkan pidato Bahasa Arab. Pada awalnya dia menolak, tetapi setelah saya motivasi, dia bisa menerimanya. Pada acara Festival Bahasa, Rara menyampaikan pidatonya dengan penuh semangat dan nyaris sempurna. Rara sangat percaya diri meskipun dia sadar dia masih duduk di kelas III Sekolah Dasar. Orang tua Rara pun sangat bangga atas prestasi yang sudah dicapai oleh anaknya
Goresan pena Rara juga sangat bagus, baik tulisan latin maupun tulisan Arab. Saya mencari celah dari kemampuan Rara ini. Saya ajari dia khat (menulis tulisan Arab sesuai dengan kaidah yang benar). Saya sengaja mengajari dia khat karena saya berpikir bahwa tidak semua anak bisa menulis Arab dengan baik. Ini adalah bakat Rara yang harus saya kembangkan. Di setiap waktu luang di luar jam pelajaran, saya memberi dia latihan khusus untuk belajar khat. Saya motivasi dia agar dia tidak pernah bosan dengan apa yang dia lakukan. Dengan senang hati Rara mendengarkan kata-kata saya.
Impian saya untuk menunjukkan keberhasilan Rara di mata dunia tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan. Seringkali Rara merasa sangat jenuh dengan apa yang dia kerjakan. Pun saya juga demikian. Terkadang saya sudah merasa sangat lelah untuk meneruskan membimbing Rara. Bagaimana tidak? Pada saat itu, saya baru saja melahirkan putri ke dua saya. Saya memutuskan untuk membawa putri saya ke sekolah agar saya bisa memberikan ASI eksklusif kepada putri saya. Alhamdulillah, Bapak Kepala Sekolah saya yang baik hati mengizinkan. Saya tidak berharap banyak pada waktu itu. Yang ada dalam benak saya, saya harus bisa melaksanakan tugas saya sebagai guru secara profesional dan membimbing anak didik saya ke gerbang keberhasilan mereka meskipun keadaan saya terbatas.
Pada awalnya, ini sangat sulit sekali, saya rasakan tugas saya menjadi sangat berat. Pagi hari, sambil menngendong putri saya, saya mengajak anak didik saya mengenal hal-hal baru yang belum mereka ketahui sebelumnya. Mereka tidak pernah mempermasalahkan keadaan saya. Kalau putri saya menangis karena lapar minta ASI, saya juga meminta waktu sebentar kepada mereka. Bahkan rasa toleransi mereka semakin terasah dengan keadaan kelas seperti ini. Capek sudahlah pasti. Lelah juga kadang tak tertahankan. Tetapi keinginan saya untuk membuat Rara berprestasi tidak akan pernah surut. Saya harus bisa membagi waktu saya semaksimal mungkin agar semua berjalan sesuai rencana saya.
Waktu demi waktu saya lalui. Tiba saatnya Rara akan mengikuti lomba MAPSI ke-20 tahun 2017 cabang Khat di tingkat Kecamatan Tayu. Saya tetap membimbing Rara & memberikan motivasi kepadanya. Rara juga masih sangat bersemangat untuk berlatih. Saya juga tak mau kalah semangat dengan Rara.
Dalam perlombaan itu, hanya Rara peserta yang duduk di kelas III SD. Peserta yang lain rata-rata sudah duduk di kelas 5 dan 6 SD. Saya tak henti menyemangatinya agar tidak menyerah dan terus berusaha mengikuti lomba dengan baik. Hasil jerih payah kami tidak sia-sia. Rara mendapatkan juara III dalam lomba MAPSI ini. Saya sangat bersyukur sekali. Orang tua Rara juga tak kalah bangga karena putrinya sudah bisa mencapai prestasi luar biasa dan membawa nama baik sekolahnya.
“Selamat ya, Rara. Kamu memang hebat! Bu Guru bangga sekali padamu,” kata saya memberikan ucapan selamat kepada Rara.
“Terima kasih Bu Guru, Bu Guru juga hebat karena Rara mendapat juara,” jawab Rara senang.
“Iya, sama-sama, tetapi Rara janji ya, Rara harus menjadi Juara I ya,” saya tak henti memberi semangat kepadanya.
“Siap, Bu, Insya Allah,” jawab Rara lagi.
Kegembiraan yang terpancar di wajah Rara tidak bisa disembunyikan lagi. Setelah saya memberi selamat kepada Rara atas prestasinya itu, saya memberikan hadiah kecil untuknya sebagai tanda penghargaan atas semua usaha yang selama ini sudah dilakukan. Penghargaan itu akan terus memacu semangatnya untuk berbuat lebih baik dan lebih berprestasi dari sebelumnya.
Rara adalah satu di antara anak didik saya yang lain yang sudah tampak kecerdasan bahasanya. Masih banyak anak didik saya yang lain yang masih menunggu saya untuk dibimbing sesuai dengan kemampuan, bakat dan kecerdasan yang mereka miliki. Maka, mari kita temukan potensi dan bakat yang dimiliki oleh anak didik kita agar kita bisa mengantarkan mereka ke gerbang kesuksesan hidup mereka kelak.


Profil Penulis:
Hana Lisvanti, berprofesi sebagai guru di Fullday School SD Muhammadiyah Margomulyo, Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah. Meskipun belum banyak pengalaman dalam bidang menulis, tapi ia bertekad untuk memulai menapaki dunia literasi agar bisa menjadi guru yang berwawasan dan selalu mencari inovasi dalam dunia pendidikan. Kegemarannya berpetualang membawanya menemui hal-hal baru yang menjadi sumber inspirasi baginya untuk terus memperbaiki diri. Jurus mautnya “Man Jadda Wajada” telah memberikan semangat untuk dirinya sendiri maupun murid-muridnya selama 17 tahun masa pengabdiannya kepada dunia pendidikan, bahkan sampai saat ini. Cita-citanya saat ini adalah menumbuhkan budaya literasi untuk murid-muridnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar