Tantangan
terbesar bagi seorang guru yang mengajar di SMK terutama bidang keahlian
Teknologi dan Rekayasa yang didominasi dengan siswa laki-laki dibandingkan
dengan perempuan adalah “Kesabaran”. Setidaknya hal
tersebut yang saya rasakan selama 9 tahun ini. Menghadapi siswa dengan umur
yang dikategorikan dewasa namun sifat kekanak-kanakan ketika masih di SMP tetap
terbawa di sini. Selain sebagai guru, kita juga harus bisa menempatkan diri
sebagai seorang kakak bagi mereka, karena dengan umur seperti mereka memiliki
masalah yang kompleks. Dari permasalahan keluarga, rasa suka terhadap lawan
jenis dan rencana apa yang akan dilakukan setelah lulus dari SMK.
Di
sini, peran guru sangat diharapkan. Sebagai guru, kita harus memberikan nasihat-nasihat yang baik dengan
bahasa yang baik pula. Agar siswa merasa termotivasi melalui nasihat-nasihat yang kita berikan. Selain itu agar siswa juga tidak merasa sepenuhnya “diadili” karena
kesalahan-kesalahannya. Seumuran mereka lebih senang didengar keluhannya daripada divonis
salah.
Pernah
suatu ketika, seorang siswa menghampiri meja kerja saya sambil meneteskan air
mata. Ia bercerita bahwa ia
merasa kecewa dengan salah seorang guru yang meruntuhkan harapan-harapannya
untuk dapat melanjutkan pendidikannya di PTN lewat jalur SNMPTN. Guru tersebut
berujar padanya bahwa untuk kuliah itu tidak harus di PTN, di swasta juga bisa. Dan
secara spontan dengan penuh amarah siswa tersebut menjawab, “Bapak bisa berkata
seperti itu karena Bapak
seorang Pegawai Negeri, sedangkan orangtua
saya hanya seorang buruh pabrik. Kalau saya bisa masuk PTN
dan mendapat beasiswa secara tidak langsung saya sudah membantu orangtua saya”,
begitu ujarnya sambil keluar dari ruangan guru tersebut.
Aura
kemarahannya
dapat saya rasakan bersamaan dengan jatuhnya bulir air dari mata siswa tersebut
yang menceritakan kepada saya sambil sesunggukan.
Kala itu, saya tidak berkata apa-apa karena saya yakin siswa saya tersebut
hanya ingin didengarkan keluhnya.
Sekilas
mungkin yang dikatakan guru tersebut memang benar, yang namanya kuliah tidak
harus di PTN, di swasta juga bisa, namun hal tersebut “tepat” dikatakan jika
memang tidak memiliki kesempatan untuk mendaftarkan ke PTN, sedangkan siswa
tersebut termasuk siswa yang berprestasi di sekolah sehingga Ia merasa bahwa
nilai-nilainya mampu membuatnya lulus di PTN.
Membuat
pemikiran para siswa SMK untuk melanjutkan pendidikannya ke Perguruan Tinggi,
terutama Perguruan Tinggi Negeri,
tidaklah mudah. Karena, tujuan
awal orangtua menyekolahkan anaknya di SMK adalah agar dapat langsung bekerja
setelah tamat dari SMK. Pendapat tersebut tidak sepenuhnya salah, karena salah
satu tujuan SMK adalah menyiapkan siswa yang siap bekerja setelah menamatkan
pendidikannya.
Sebagai
salah seorang alumni yang menempuh pendidikan di SMA namun
saat mengikuti ujian masuk perguruan tinggi negeri lulus di Fakultas Teknik
dengan jurusan Teknik Sipil, membuat saya berpikir mengapa bukan lulusan SMK yang lebih
tepat lulus di semua Fakultas Teknik?
Ditambah lagi salah seorang teman saya yang lulusan SMK lebih cepat memahami
materi yang disampaikan dosen dibandingkan kami--terutama saya—yang lulusan SMA.
Pengalaman selama duduk di bangku kuliah tersebut yang saya coba tanamkan kepada
siswa saya, bahwasanya mereka juga berhak dan mampu menempuh pendidikan di
perguruan tinggi negeri yang jurusannya sesuai dengan kompetensi yang mereka
ampu saat di bangku SMK.
Namun
memang, pemikiran tersebut tidak sepenuhnya didukung oleh orangtua siswa dengan
alasan biaya bahkan juga tidak sepenuhnya didukung teman sejawat yang bekerja
di instansi yang sama. Akan tetapi kendala-kendala tersebut tidak melunturkan
niat saya untuk memotivasi siswa agar melanjutkan pendidikan ke perguruan
tinggi, toh pemerintah juga telah
menyiapkan program-program terbaik bagi siswa yang memiliki akademik terbaik
pula. Mengapa tidak dimanfaatkan. Bahkan pemerintah juga telah menyiapkan
bantuan-bantuan beasiswa melalui program Bidikmisinya bagi siswa yang memiliki
nilai akademik yang baik dan tergolong tidak mampu.
Saya
terus meyakinkan mereka bahwa “Tuhan meninggikan derajat bagi orang yang
berilmu, maka belajarlah terus dengan bersungguh-sungguh. Dan jika dengan
belajar kemudian kalian mendapatkan pekerjaan yang layak dengan gaji yang layak
pula, itulah bonus dari Tuhan atas
kerja keras kalian selama belajar.” Begitu ujarku.
Selain
memberikan motivasi, saya juga yang mendaftarkan mereka secara online saat pendaftaran SNMPTN. Dari 60 siswa TKBB di
tahun ajaran ini, 15 orang di antaranya
tertarik untuk mengikuti SNMPTN dan 5 di antaranya dinyatakan
lulus di PTN yang ada di Sumatera Utara salah satunya siswa yang menghampiri
saya sambil menangis tersebut. Alhamdulillah.
Banyak
kegiatan yang telah disiapkan pemerintah selain program-program untuk memasuki
PTN di antaranya
yaitu Lomba Kompetensi Siswa (LKS) yang tiap tahunnya diadakan di SMK seluruh
Indonesia. Perlombaan tersebut disesuaikan dengan bidang kompetensi
masing-masing. Tidak hanya bagi siswa, pemerintah melalui Tim Kesharlindung
Dikmen juga membuat sebuah program perlombaan bagi para guru SMK yaitu Lomba
Kreativitas Guru (LKG). Hal ini mendorong saya mengikuti kegiatan yang
dilaksanakan oleh Kesharlindung Dikmen terutama bagi guru produktif seperti
saya yang mengajar bidang studi kejuruan Teknik Konstruksi Batu Beton (TKBB) di
SMK Negeri 2 Binjai.
Kegiatan
LKG ini awal dilaksanakan di tahun 2017, namun sangat disayangkan para guru
produktif tidak banyak yang mendaftarkan diri dalam perlombaan tersebut
sehingga kegiatan LKG ditunda pelaksanaannya. Dan akhirnya pada tahun 2018
kegiatan tersebut terlaksana. Banyak persyaratan yang harus dikerjakan oleh
para peserta yaitu pembuatan RPP sesuai dengan bidang yang diampu, penulisan Best Practice berdasarkan kegiatan
praktik yang dilaksanakan di sekolah yang menghasilkan suatu produk, menulis artikel gagasan
ilmiah sesuai dengan kompetensi keahlian yang
dilombakan, dan jika sudah dinyatakan lolos berkas, para peserta akan
melakukan ujian online sesuai bidang kompetensi keahlian dan ujian
praktik juga sesuai dengan bidang kompetensi keahlian.
Modal
utama saya mengikuti kegiatan perlombaan ini adalah pembuktian kualitas diri
dan jurusan kami yang sedikit dianggap “tertinggal” dibandingkan dengan jurusan
yang lainnya yang ada di instansi kami. Bermodalkan kemauan yang tinggi dibantu
dukungan dari para siswa jurusan TKBB timbullah ide untuk membuat suatu produk
yang lagi booming,
setidaknya di daerah kami yaitu “Kotak Hantaran”. Selama dua minggu kami
mengerjakan kotak tersebut, dan segala biaya pembelian bahan pembuatan kotak
tersebut dari uang pribadi saya. Saya ingat betul kala itu masih dalam suasana
bulan Ramadhan namun siswa-siswa saya tak luntur semangatnya membantu saya
menyelesaikan produk kami ini. Alhamdulillah, produknya jadi dan yang
paling menarik itu ada kakak dari salah seorang siswa saya yang akan menyewa
produk kami tersebut untuk hantaran pernikahannya di awal lebaran. Masya Allah,
berkah-Nya.
Keberkahan-Nya
kembali saya rasakan di awal bulan Oktober 2018, saya mendapat info melalui
pesan WhatsApp
oleh seorang teman yang berada di Padang bahwasanya saya terpilih menjadi
peserta LKG dan akan diberangkatkan ke Jawa Timur tepatnya di PPPPTK BOE
Malang. Saya yang saat itu sedang menjadi peserta diklat di PPPTK Medan dan
sedang melaksanakan ujian praktik secara spontan melompat kegirangan membaca
pesan singkat dari teman saya tersebut. Akhirnya saya berhasil membuktikan
kepada para siswa, bahwa gurunya bisa terpilih menjadi salah seorang peserta
dari tiga orang peserta terpilih di Sumatera Utara yang mengikuti LKG 2018.
Kerja keras
kami membuahkan hasil yang baik. Kolaborasi terindah antara guru produktif
dengan siswanya, begitu kalimat yang saya sampaikan di group WhatsApp
saya dan para siswa kelas XI TKBB 1.
Pelaksanaan
LKG diadakan di bulan
November 2018. Saya berangkat bersama seorang guru dari SMK Negeri 12 Medan.
Seorang guru perempuan yang tangguh dan
baik hati,
yang dengan ketulusannya membiayai saya dengan
membelikan
tiket pesawat Medan-Malang PP dengan total Rp4.000.000. Uang
tersebut tergolong banyak apalagi ia memberikannya kepada
saya yang baru dikenalnya karena mengikuti perlombaan yang sama dan berasal
dari kota yang sama bahkan belum pernah bertatap muka sebelumnya. Hanya lewat
komunikasi pesan singkat WhatsApp
kepercayaan yang begitu
besar. Memang biaya awal keberangatan itu sepenuhnya ditanggung oleh peserta, namun di akhir kegiatan
perlombaan, segala biaya keberangkatan peserta dibayarkan oleh panitia
pelaksana dari Kesharlindung Dikmen.
Sampailah
kami di kota Malang. Perlombaan dilaksanakan selama tiga hari. Hari pertama
kami melaksanakan ujian online dengan
materi pedagogik
dan keahlian kejuruan dilaksanakan di PPPTK BOE Malang. Di hari kedua kami
melaksanakan ujian praktik. Saya yang kompetensi keahliannya konstruksi batu
dan beton diuji dengan melakukan praktik pemasangan batu bata, bata hebel,
pemasangan kusen jendela, balok latei dan keramik lantai. Praktik dilaksanakan
tepat pukul 08.00 pagi dan berakhir pukul 19.00 WIB. Untuk bidang keahlian konstruksi
batu beton, ada delapan orang guru finalis lainnya yang berasal dari beberapa
provinsi yang ada di Indonesia yaitu Kalimantan Utara (dua orang peserta), Kalimantan Tengah,
Kalimantan Selatan, Jawa Tengah, NTB, Riau dan Sumatera Utara.
Guru-guru
dengan masa kerja yang lebih lama dibandingkan saya, sudah pasti memiliki
“jam terbang” praktik yang lebih banyak pula. Hari ketiga perlombaan kami
melaksanakan tes mengajar praktik. Tidak kalah berat pertarungan kali ini. Kami
diminta mengajar di depan para siswa SMK dari daerah setempat. Saya katakan
berat dikarenakan, logat bahasa yang biasa saya pergunakan yaitu bahasa
Indonesia namun ketegasan suara seorang wanita suku Batak di hadapan siswa suku Jawa yang lemah lembut.
Tak jarang saya lihat ada siswa yang mengernyitkan dahinya, mungkin bingung
dengan penyampaian kalimat-kalimat logat Medan
saya.
Jum'at malam di hari ketiga perlombaan, seluruh ruangan riuh dan pemandangan nusantara
sangat kental terasa. Bagaimana tidak, semua finalis LKG menggunakan pakaian
daerah masing-masing. Termasuk saya, yang kala itu mengenakan pakaian adat
Melayu, karena saya salah satu dari tiga orang
perwakilan provinsi Sumatera Utara khususnya kota Binjai, sedangkan teman yang
lain menggunakan pakaian adat Batak dan mengenakan baju koko.
Ruangan semakin ramai, saat panitia mengumumkan
pemenang dari LKG sesuai keahlian atau jurusan kami para guru produktif
masing-masing. Ada 12 jurusan yang mengikuti kegiatan ini. Sedangkan
pemenangnya hanya urutan 1, 2, dan 3 per jurusan. Satu per satu nama para finalis yang menjadi juara
dipanggil ke depan, termasuk jurusan yang saya ampu. Tersebutlah Pak Mahsun sebagai juara 3 dari Jawa Tengah, Pak
Joko sebagai juara 2 dari Kalimantan Utara dan Pak Ismail juara 1 dari Kalimantan Tengah. Tak bisa dipungkiri,
hasil praktik mereka memasang pasangan bata merah, Hebel, kusen jendela,
keramik dan balok latei terbilang sempurna, rapi dan yang pasti tepat waktu.
Terbayang semua nasihat-nasihat Bu Yanti seorang finalis dari Kota Bima. Begini
katanya pada saya saat menunggu urutan pemanggilan Ujian Mengajar Praktik
"Ibu jangan
terlalu tegang dengan kegiatan ini, dalam perlombaan itu sudah biasa jika
menang ataupun kalah. Ibu bisa sampai di sini saja sudah menjadi pemenang karena ibu sudah bisa
membangkitkan semangat kepada anak didik kita jika gurunya saja semangat
menggali potensi diri, muridnya juga harus bisa". Bu Yanti melanjutkan, "Ibu tahu, saya bukan takut kalah, tapi saya takut
mengecewakan guru-guru saya di BOE Malang ini yang sudah mengajarkan praktik
kepada saya. Jika saya tidak bisa menyelesaikan tugas ini, betapa sedihnya mereka bu,
itu yang saya pikirkan".
Berkat nasihatnya itu, kesedihan karena belum bisa
meraih juara pun tertutup dengan rasa syukur karena Allah telah mempertemukan
saya dengan guru-guru hebat di nusantara ini. Fabiayyi'alaa'i Rabbikumaa Tukadzdzibaan.
Dinginnya AC di ruangan Aula Mahoni semakin tak
terasa saat ibu Direktur menyebutkan jumlah nominal hadiah yang akan diterima
sang juara. Sontak kami
semua bertepuk tangan dan berulang-ulang mengucapkan selamat bagi teman-teman
guru yang menjadi juara.
Kemeriahan pun berakhir, saat jam di dinding
aula menunjukkan pukul 23.00 acara pun ditutup oleh panitia. Semua finalis
kembali ke kamar masing-masing. Aura kebahagian Bu Fatimah teman sekamar saya dan juga teman
sesama perwakilan Sumatera Utara yang mengajar di SMK Negeri 12 Medan terasa
banget ke dalam hatiku. Hati kecilku bergumam, memang pantas ia menjadi juara,
orangnya baik, dermawan, pintar dan tegas, semoga Allah memberkahi ia dan
keluarganya yang sudah banyak membantuku.
Semoga semangat ini bisa membangkitkan semangat
teman-teman guru produktif lainnya untuk mengikuti kegiatan yang ada di
Kesharlindung Dikmen. Bukan hanya karena hadiahnya tapi karena banyaknya ilmu
yang bisa kita dapat dari para guru se-Nusantara dan juga para
jurinya. Dan Alhamdulillah
semangatku mengikuti LKG ini “tertular” kepada Kevin Marsel salah seorang siswa
TKBB yang turut andil membantu saya saat membuat produk untuk LKG. Kevin Marsel
menjadi salah seorang peserta LKS kejuruan TKBB dan mendapatkan juara 1 tingkat
Kota Binjai dan akan dilombakan kembali untuk tingkat provinsi dan nasional.
Semoga Kevin dapat lolos hingga tingkat nasional. Aamiin.
Biodata Penulis:
Zahrani
Harahap,
lahir di Medan, 07 Februari 1983. Pada tahun 2004 sudah menyelesaikan
pendidikan Diploma III di Politeknik Negeri Medan jurusan Teknik Sipil dan pada tahun 2006 melanjutkan pendidikan S1
di Universitas Negeri Medan jurusan Pendidikan Teknik Bangunan dan berhasil
wisuda pada tahun 2009. Pada awal Januari
2010 menjadi guru produktif kejuruan Teknik Konstruksi Batu Beton di SMK
Negeri 2 Binjai. Pernah meraih juara 2 pada perlombaan penulisan artikel
tentang kepramukaan untuk daerah Binjai.
Sudah memiliki dua buah buku Antologi Puisi
bersama para guru lainnya yang mengajar di berbagai daerah di Indonesia. Karyanya berupa puisi, artikel dapat dilihat di blog www.zahraniharahap.blogspot.com. “Karena aku bukan pejuang maka kuukir sejarahku dalam bentuk tulisan,” begitu motto hidupnya.